“Tidaklah engkau menceritakan sesuatu kepada suatu kaum sedang akal mereka tidak mampu menerimanya, melainkan cerita itu menimbulkan fitnah pada sebagian dari mereka.” (HR. Muslim).

BERIKUT ADALAH PERINGATAN BAGI PENCELA PARA ULAMA’ SUNNAH

 


Hari ini ummat islam, khususnya di indonesia, di perlihatkan oleh Allah subhanahuwata'ala lewat televisi maupun radio, apa hukum memilih pemimpin bagi ummat islam yang non muslim, lalu kemudian dihebohkan lagi dengan sesosok orang yang menghina kalam allah yang suci, AL - QUR'AN, yang kemudian memunculkan aksi bela islam jilid 1, 2, dan 3.

Lalu muncullah ulama yang dengan sikap menentang keras tindakan penistaan terhadap al-quran tersebut. MUI , KH arifin ilham, Habib rizieq, bahkan ulama sekelas Aa gym. Namun selalu saja, di kalangan pemerintah dan orang - orang yang tidak menyukai sepak terjang para ulama, akan berbuat segala cara, bagaimana ulama tersebut khususnya Habib Rizieq sang imam besar FPI hancur, nama baiknya tercoreng, dan sebagainya. berbagai macam cara, fitnah, celaan dan hinaan dilakukan oleh mereka yang tidak senang akan keberadaan ulama islam yang satu ini, HABIB RIZIEQ.

Saya persembahkan nasihat ini bagi mereka ( para pencela ulama’ ). Semoga mereka masih menyayangi diri mereka dengan cara berhenti dari dosa yang sangat besar ini, kemungkaran yang sangat mengerikan, serta kesalahan yang besar. Maka mencela ulama’ merupakan perbuatan yang akibatnya sangat berbahaya. Kemudhorotannya sangat besar di dunia dan di akherat.

Berapa banyak manusia yang dulu mereka di atas  kebaikan, bahkan sebagian mereka menetap di markaz-markaz Darul Hadits As-Salafiyyah. Maka tatkala melepaskan lisan mereka yang tanpa  kendali untuk mencela para ulama’, Alloh memberikan hukuman kepada mereka dengan kesesatan dan penyimpangan. Alangkah dahsyatnya hukuman ini !

Yang itu bersama tukang bangunan, yang itu mengangkat piring bubur di atas rumahnya setelah dulu sempat mengoyang mimbar-mimbar, yang itu menjulurkan lidahnya di belakang dunia dalam kondisi mempermainkan sholat ! dan...dan.....
Barang siapa yang melepaskan lisannya dalam mencela para ulama’, sungguh dia telah memampangkan dirinya terhadap kemarahan, kebencian dan hukuman Alloh yang akan disegerakan ( di dunia ini ) serta siksaan Alloh yang sangat pedih. Kecemburuan Alloh terahadap para wali-Nya sangatlah besar yang tidak bisa ditegakan oleh langit dan bumi.

Sebagaimana sabda nabi-shollallahu ‘alaihi wa sallam- :

(ما من ذنب أجدر أن يعجل الله لصاحبه العقوبة في الدنيا من البغي وقطيعة الرحم)

“Tidaklah ada dari suatu dosa yang lebih pantas hukumannya untuk disegerakan oleh Alloh kepada pelakunya di dunia ini dari perbuatan aniaya/kedzoliman dan memutus tali silatur rahmi.”

Adapun para ulama’, mereka adalah seperti gunung-gunung yang kokoh dan bintang-bintang yang tinggi. Goncangan orang tolol dan kehambaran rasa orang bodoh tidak akan membahayakan mereka sedikitpun. Justru mereka ( para pencela ) memudhorotkan diri mereka sendiri dengan hal tersebut. ( kekacauan akan dipanen di atas jiwanya ).

Seorang penyair berkata :


ما ضر نهر الفرات يوما ### أن جاء قرد فبال فيه

“Tidak akan membahayakan sungai Euphart – jika suatu hari datang monyet kemudian kencing di situ”

Perkaranya sebagaimana dinyatakan  oleh Al-Imam Al-Wadi’i – rohimahulloh - : “Oranng-orang yang mencela para ulama’, maka seruan mereka akan lenyap dan para ulama’ akan tetap eksis !”. Dan telah berlalu, bahwa aku telah menunjukkan –dengan karunia Alloh- akan kebenaran kalimat  ini dengan ucapan yang khusus.

Pada pembahasan ini, akan ingin menukilkan sebagian ucapan para ulama’ dalam menjelaskan akan bahaya mencela para ulama’ dan akibatnya yang sangat berbahaya.

Pertama :

Lajnah Daimah Lil Ifta’ ( 2/14 ) yang diketuai oleh Asy-Syaikh Bin Baz-rohimahullah- dan Al-‘Allamah Hamd bin ‘Atiq –rohimahullah- sebagaimana dalam Ad-Duror As-Saniyyah ( 10/428 ), Al-‘Allamah Abdurrohman bin Qosim –rohimahullah- dalam Hasyiyah Ala Kitab Tauid ( 323 ), Al-Allamah Al-Wadi’i –rohimahullah- dalam Ijabatus Saail ( 379-380 ) : “Barang siapa yang mencela para ulama’ karena agama dan kesholihan mereka, maka dia kafir.”

Kedua :

Al-Imam Ibnul Qoyyim –rohimahullah- menyebutkan suatu hadits qudsi :

«من عادى لي وليا فقد آذنته بالحرب»
“Barang siapa yang memusuhi wali-Ku, sungguh telah aku umumkan perang terhadapnya.”
Kemudian beliau berkata : “Demikian pula memusuhi dan memerangi mereka ( para ulama’ ) berarti telah memusuhi dan memerangi Alloh sebagaimana hal itu dalam orang yang mewarisi mereka.” ( Miftah Dar Sa’adah : 1/262 ).

Ketiga :

Al-Imam Ibnul Mubarok –rohimahullah- berkata sebagaimana dalam “Siya’ Nubala’ ( 8/408 ) : “Barang siapa yang menrendahkan para ulama’, akheratnya akan hilang. Barang siapa yang merendahkan para pemimping, dunianya akan  lenyap. Dan barang siapa yang merendahkan saudara sesama muslim, akan hilang kewibawaan dia.”

Keempat :

Al-Imam Ibnu Asakir –rohimahullah- berkata dalam “Tabyiini Kadzibil Muftari” ( 29 ) : “Ketahuilah ! sesungguhnya daging para ulama’ itu beracun. Dan ketetapan Alloh dalam merobek tirai orang yang merendahkan mereka telah diketahui bersama. Mencela mereka dengan sesuatu yang mereka berlepas diri adalah perkara besar. Dan mengambil kehormatan mereka dengan kebohongan dan dusta adalah kejahatan yang besar. Berdusta terhadap seorang yang telah Alloh pilih dia dari mereka untuk menegakkan ilmu merupakan akhlaq yang tercela.”

Beliau juga berkata di halaman ( 425 ) : “Dan setiap orang yang melepaskan lisannya terhadap para ulama’ dengan mencaci maki mereka, Alloh akan timpaka kepadanya dengan kematian hatinya sebelum dia meninggal.”

Kelima :

Al-Imam Adz-Dzahabi –rohimahullah- berkata : “Ketetapan Alloh terhadap setiap orang yang menghinakan para ulama’ telah tetap dalam keadaan hina dina.” ( Tarikh Islam : 13/256 ).

Keenam :

Samahatusy-syaikh bin Baz –rohimahullah- berkata : “Tidak diragukan lagi, sesungguhnya kedudukan para ulama’ di masyarakat sangatlah agung. Kerena sesungguhnya mereka merupaka kholifah para rosul. Mereka adalah orang-orang yang mengadakan perbaika apa yang dirusak oleh manusia. Mereka berusaha dengan sungguh-sungguh dalam mengarahkan manusia kepada kebaikan....maka wajib atas mayarakat untuk memberikan kadar kedudukan tinggi kepada mereka serta untuk merealisasikan arahan dan nasihat mereka. Dan semangat untuk membela mereka, tidak membicarakan kekurangan mereka serta menjaga keselamatan kehormatan mereka.” ( Majmu Fatawa Wa Maqolat Mutanawi’ah : 7/127 ).

Ketujuh :

Al-Imam Ibnu Utsaimin –rohimahullah- berkata : “Sesungguhnya orang-orang suka mencari-cari ketergelinciran para ulama’ untuk mereka sebarkan, mereka tidak hanya berbuat jelek kepada para ulama’ dari sisi pribadi saja, bahkan telah berbuat jelek kepada ulama’ dari sisi pribadi dan ilmu yang mereka bawa. Dan juga telah berbuat jelek kepada syari’at yang diambil dari sisi mereka. Karena para ulama’ apabila tidak dipercaya oleh manusia, dan apabila mereka mengetahui akan cacat mereka yang terkadang hal itu bukanlah cacat pada hakikatnya kecuali sesuai cara pandang orang yang menghendaki ( yang mencela tadi ), maka sesungguhnya kepercayaan mereka kepada para ulama’ akan menipis dan terhadap ilmu yang ada pada mereka. Maka dalam hal ini terdapat bentuk tindak kejahatan terhadap syari’at yang telah mereka bawa dari sunnah Rosulullah-shollallahu ‘alaihi wa sallam-.” ( Syarh Riyadhush Sholihin : 2/394 ).

Kedelapan :

Guru kami Al-Imam Al-Wadi’i –rohimahullah- berkata : “Termasuk dari tanda-tanda hizbiyyun sesungguhnya mereka merendahkan para ulama’ dan tidak membutuhkan  untuk duduk di majelis ilmu para ulama’. Dan ini termasuk dari apa-apa yang mata-mata musuh-musuh Islam merasa senang. Bahkan membuat mata-mata setan senang. Wallohul musta’an.” ( Ghorotul Al-Asyrithoh : 1/355 ).

Sembilan :

Al-Alamah Al-Fauzan –hafidzohullah- telah menyebutkan ucapan Alloh Ta’ala : “Katakankah ! apakah dengan Alloh, ayat-ayat-Nya, dan Rosul-Rosul-Nya kalian bermain-main ? janganlah kalian minta udzur sungguh kalian telah kafir setelah keimanan kalian.” Kemudian beliau berkata : “Maka yang membenci ulama’ di zaman ini dia memiliki bagian dari ayat ini sesuai dengan kadar kebencian dia terhadap para ulama’ atau perendahan dia terhadap para ulama’. Dia akan mendapatkan apa yang akand ia dapatkan dari ayat ini. Karena para ulama’, kedudukan dan daging mereka adalah beracun.” ( Muhadhoroh di dalam aqidah dan da’wah : 124 ).

Ditulis oleh asy-syaikh Nuurud-din As-Suda’i –hafidzohullah-  

sumber : www.apa-ajah.id

Comments
0 Comments
No comments:
Write komentar